Jumat, 01 April 2011

Perindustrian

BAB I
PENDAHULUAN

            Industri adalah bidang mata pencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya dan politik.

BAB II
ISI
 
            Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industri berawal dari revolusi industry pertama pada pertengahan abad 18 di Inggris dengan penemuan metode baru untuk pemintalan dan penenunan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi dan peningkatan produktivitas dari factor produksi yang digunakan. Setelah itu, inovasi dan penemuan baru dalam pengolahan besi dan mesin uap yang mendorong inovasi dalam pembuatan antara lain besi baja, kereta api dan kapal tenaga uap. Revolusi industry kedua akhir abad 18 dan awal abad 19 dengan berbagai perkembangan teknologi dan inovasi membantu laju industri. Setelah PD II muncul berbagai teknologi baru seperti produksi masal dengan menggunakan assembly line, tenaga listrik, kendaraan bermotor, penemuan barang sintetis dan revolusi teknologi komunikasi, elektronik, bio, computer dan penggunaan robot.
            Sektor industri manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan contributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industri yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
            Secara umum, industri manufaktur di Negara-negara berkembang masih terbelakang jika dibandingkan dengan sector yang sama di Negara maju, walaupun di Negara-negara berkembanga ada Negara-negara yang industrinya sudah sangat maju. Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya mengelompokkan masalah yang dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2 kategori, yaitu kelemahan yang bersifat structural dan yang bersifat organisasi.

Faktor-faktor Industri :
1.      Modal.
2.      Tenaga Kerja
3.      Bahan mentah/bahan baku.
4.      Transportasi.
5.      Sumber energi/tenaga.
6.      Marketing/pemasaran hasil output produksi.

Faktor Penunjang atau Faktor Pendukung :
1.      Kebudayaan masyarakat.
2.      Teknologi.
3.      Pemerintah.
4.      Dukungan masyarakat.
5.      Kondisi alam.
6.      Kondisi perekonomian.

Faktor penghambat industri :
1.      Modal yang kurang.
2.      Tidak ada SDM yang sesuai dengan kebutuhan.
3.      Hasil produksi kualitas yang buruk.
4.      Pemasaran yang buruk.
5.      Daya beli masyarakat yang rendah.

Sektor-sektor organisasi :
1.      Sektor industri hulu (upstream), meliputi produksi serat (natural fiber dan man-made fiber atau synthetic) dan proses pemintalan (spinning) menjadi produk benang (unblended dan blended yarn). Sektor ini bersifat padat modal, teknologi menengah dan modern-full automatic, skala besar, jumlah tenaga kerja relatif kecil. 
2.      Sektor industri menengah (midstream), meliputi proses penganyaman (interlacing) benang menjadi kain mentah lembaran (grey fabric) melalui proses pertenunan dan perajutan (weaving danknitting) kemudian diolah lebih lanjut melalui proses pengolahan (dyeing, finishing dan printing) menjadi kain-jadi. Industri ini bersifat semi padat modal investasi dan modal kerja, teknologi madya dan modern-berkembang terus, jumlah tenaga kerja lebih besar dari sektor industri hulu.
3.      Sektor industri hilir (downstream), yaitu industri pakain jadi (garment) termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishingyang menghasilkan ready-made garment. Sifat industri ini padat modal kerja, padat karya-sebagian besar wanita.

Masalah-masalah :
1.      Rendahnya produktivitas pekerja.
2.      Kekurangan tenaga professional.

Kelemahan-kelemahan struktur di antaranya:
1.      Basis ekspor dan pasarnya yang sempit.
·         Empat produk, yakni kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki memiliki pangsa 50% dari nilai total manufaktur.
·         Pasar tekstil dan pakaian jadi sangat terbatas.
·         Tiga Negara (US, Jepang dan Singapura), menyerap 50% dari total ekspor manufaktur Indonesia, sementara US menyerap hampir setengah total nilai ekspor tekstil dan pakaian jadi.
·         Sepuluh produk menyumbang 80% seluruh hasil ekspor manufaktur.
·         Banyak produk manufaktur padat karya yang terpilih sebagai produk unggulan Indonesia mengalami penurunan harga di pasar dunia akibat persaingan ketat.
·         Banyak produk manufaktur yang merupakan ekspor tradisional Indonesia mengalami penurunan daya saing.
2.      Ketergantungan impor yang sangat tinggi.
3.      Tidak adanya industri teknologi menengah.
4.      Konsentrasi regional.

Kelemahan-kelemahan organisasi, di antaranya:
1.      Industri skala kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped.
2.      Konsentrasi pasar.
3.      Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi.
4.      Lemahnya SDM.

Promosi Ekspor (outward-looking)
Strategi Industri :
1.   Strategi Subtitusi Impor.
o Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestik.
o Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor.
o Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor.

Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah :
a.       SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia.
b.      Potensi permintaan dalam negeri memadai.
c.       Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri.
d.      Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas.
e.       Dapat mengurangi ketergantungan impor.

2.      Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia.
o Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru.
o Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik.
o Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy.
o Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi.

3.      Strategi Promosi Ekspor.
o Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri.
o Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah.
o Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor.
o Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif.

4.      Kebijakan industri.
o Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana.
o Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN.
o Diberlakukannya Undang-undang PMA.

Cabang industri yang ada di Indonesia :
§  Makanan dan minuman.
§  Tembakau.
§  Tekstil.
§  Pakaian jadi.
§  Kulit dan barang dari kulit.
§  Kayu, barang dari kayu, dan anyaman.
§  Kertas dan barang dari kertas.
§  Penerbitan, percetakan, dan reproduksi.
§  Batu bara, minyak dan gas bumi, dan bahan bakar dari nuklir.
§  Kimia dan barang-barang dari bahan kimia.
§  Karet dan barang-barang dari plastik.
§  Barang galian bukan logam.
§  Logam dasar.
§  Barang-barang dari logam dan peralatannya.
§  Mesin dan perlengkapannya.
§  Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data.
§  Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya.
§  Radio, televisi, dan peralatan komunikasi.
§  Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam.
§  Kendaraan bermotor.
§  Alat angkutan lainnya.
§  Furniture dan industri pengolahan lainnya.

BAB III
KESIMPULAN

          Dalam konteks penyerapan tenaga kerja, maka harus disadari bahwa penciptaan lapangan kerja akan terjadi jika adanya pabrik-pabrik baru dan perluasan pabrik lama. Ini artinya, diperlukan investasi, baik asing maupun domestik. Investasi baru akan terjadi bila ada perbaikan pada faktor-faktor: keamanan, kepastian hukum dan peraturan, kebijakan pemerintah (moneter, fiskal, energi, ketenagakerjaan, otonomi daerah) yang kondusif. Oleh sebab itu, investasi merupakan faktor utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya dapat menciptakan kesempatan kerja.

Sumber :
-          http://id.wikipedia.org/wiki/Industri 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar