Jumat, 22 April 2011

Neraca Pembayaran dan Tingkat Ketergantungan pada Modal Asing

BAB I
PENDAHULUAN

Kebijaksanaan neraca pembayaran merupakan bagian integral dari kebijaksanaan pembangunan dan mempunyai peranan penting dalam pemantapan stabilitas di bidang ekonomi yang diarahkan guna mendorong pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja. Di samping itu juga diusahakan tercapainya perubahan fundamental dalam struktur produksi dan perdagangan luar negeri sehingga dapat mening­katkan ketahanan ekonomi Indonesia terhadap tantangan-tan­tangan di dalam negeri dan keguncangan-keguncangan ekonomi dunia, seperti yang digariskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara.

BAB II
ISI
            Neraca Pembayaran (BOP) adalah catatan sistematis dari semua transaksi ekonomi internasional (perdagangan, investasi, pinjaman, dan sebagainya) yag terjadi antara penduduk dalam negeri suatu negara dengan penduduk luar negeri selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun) dan biasanya dinyatakan dalam dolar AS. Oleh karena itu, BOP sangat berguna karena menunukkan sturktur dan komposisi transaksi ekonomi dan posisi keuangan internasional dari suatu negara. Lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan negara-negara donor juga menggunakan BOP sebagai salah satu indikator dalam mempertimbangkan pemberian bantuan keuangan kepada suatu negara. Selain itu, BOP juga merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi dari suatu negara disamping variabel-variabel ekonomi makro lainnya, seperti laju pertumbuhan PDB, tingkat pendapatan per kapita, inflasi, suku bunga, dan nilai tukar mata uang domestik.
            BOP terdiri atas tiga saldo, yakni saldo neraca transaksi berjalan (TB), saldo neraca modal (CA), dan saldo neraca moneter (MA). Saldo TB adalah jumlah saldo dari neraca perdagangan (NP), yang mencatat ekspor (X) dan impor (M) barang neraca jasa (NI), yang mencatat X dan M jasa termasuk pendapatan/pembayaran royalti dan bunga deposito, transfer keuntungan bagi investor asing, pembayaran bunga cicilan utang luar negeri (ULN), dan kiriman uang masuk dari tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri.  Dan transaksi sepihak, yakni yang mencatat transaksi keuangan internasional sepihak atau tanpa melakukan kegiatan tertentu sebagai kompensasi dari pihak pertama. Contohnya seperti hibah atau bantuan luar negeri. Kadang-kadang (tidak setuju), untuk menutupi defisit TB yang digunakan fasilitas khusus dari IMF yang disebut SDRs.
            CA adalah neraca yang mencatat arus modal (K) jangka pendek dan jangka panjang masuk dan keluar, yang terdiri atas K pemerintah neto dan lalu lintas K swasta neto. K pemerintah neto adalah selisih antara pinjaman baru yang didapat dari luar negeri dan pelunasan utang pokok dari pinjaman yang didapat pada periode sebelumnya yang sudah jatuh tempo. Lalu lintas K swasta neto adalah selisih antara dana investasi (I) yang masuk, pinjaman swasta dari luar negeri. Dana I terdiri dari dua macam, yaitu I langsung atau disebut juga I jangka panjang atau dikenal dengan sebutan penanaman modal asing (PMA) dan I tidak langsung atau I jangka pendek atau dikenal dengan sebutan investasi portopolio (IP). Berbeda dengan cara pencatatan pada TB, dalam CA, M modal atau arus K masuk dianggap sebagai keuntungan bagi negara bersangkutan, oleh karena itu dicatat sebagai transaksi kredit (positif). Sedangkan arus K keluar (kerugian) dicatat sebagai transaksi debit (negatif).
            MA atau disebut juga “Lalu lintas moneter” adalah neraca yang mencatat perubahan cadangan devisa (CD) berdasarkan transaksi arus devisa yang masuk dan keluar dari suatu negara dalam suatu periode tertentu yang dicatat oleh bank sentralnya. Sedangkan perubahan CD atau saldo devisa yang diperoleh dari penjumlahan saldo TB dan saldo CA, jadi bukan CD yang dicatat secara resmi, disebut neraca cadangan (RA). Relasi antara BOP dan CD dapat disederhanakan dalam bentuk persamaan berikut : CD = BOP = TB + CA
            Selisih perhitungan antara RA dan MA disebut error & omission. Karena antara keseluruhan saldo BOP harus nol, maka MA berfungsi sebagai pos pengimbang agar selisih antara RA dan e & o sama dengan 0. Oleh karena itu, di dalam MA tanda (+) berarti defisit (CD berkurang) dan tanda (-) berarti surplus (CD bertambah).
            Seperti halnya perdagangan internasional, mobilisasi K antarnegara mempunyai manfaat bagi negara pengekspor maupun pengimpor K tersebut. Proyek I dengan tingkat pengembalian yang tinggi di suatu egara tidak akan dikorbankan karena kelangkaan dana, sementara proyek I dengan hasil yang rendah di negara yang memiliki dana berlimpah dapat terus dilaksanakan.
            Manfaat dari adanya I harus dilihat dalam bentuk pertumbuhan output (PDB), kesempatan kerja dan pendapatan, peralihan teknologi (T), pengetahuan manajemen, dan lain-lain.
            Bagi Indonesia, K asing diperlukan bukan hanya untuk membiayai defisit TB (M) atau menutupi kekurangan CD, tetapi juga untuk membiayai I di dalam negeri (pembentukan modal bruto domestik). Dalam persamaan TB paling tidak harus dikompensasi dalam jumlah yang sama oleh surplus CA agar CD tidak berkurang. Berarti semakin besar defisit TB, semakin besar arus K masuk yang diperlukan untuk menjaga agar CD tidak berkurang. Jumlah CD Indonesia paling sedikit di antara negara-negara lainnya di negara asia pada tahun 1991-2001, walaupun meningkat terus tiap tahun.
            Ketergantungan pada K asing bukan hanya dialami oleh LDCs. Banyak juga DCs atau negara berpenghasilan menengah dan tinggi juga mengalami S-I gap.
            Data yang dipublikasikan oleh lembaga-lembaga dunia seperti Bank Dunia, UNINDO dan UNCTAD menunjukkan perkembangan arus I internasional dari DCs ke LDCs sangat pesat terutama sejak akhir 1980-an. Perkembangan ini ditandai oleh peningkatan partisipasi dari investor-investor dan lembaga-lembaga keuangan dari DCs di pasar uang/K di LDCs. Arus I dar LDCs bahkan lebih besar daripada arus perdagangan antara kedua kelompok negara tersebut. Menurut Montiel (1993), Taylor (1997), perkembangan ini didorong terutama oleh liberalisasi pasar uang dan K di banyak LDCs termasuk Indonesia menjelang akhir 1980-an yang antara lain menghapuskan pengawasan pemerintah trhadap lalu lintas K dan membebaskan tingkat suku bunga kepada mekanisme pasar.
            Bagian terpenting dari arus K resmi yang diterima oleh pemerintah Indonesia setiap tahun adalah bantuan pembangunan dalam bentuk pinjaman dengan bunga sangat murah dan persyaratan-persyaratan sangat lunak, maupun dalam bentuk hibah. Bantuan pembangunan ini digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pembangunan, baik proyek maupun program. Ketergantungan pemerintah terhadap bantuan pembangunan dari sumber eksternal berkorelasi negatif terhadap defisit keuangan pemerintah (anggaran pendapatan dan belanja negara, APBN) ang dapat dijelaskan salam suatu persamaan sederhana sebagai berikut : BPN = G – TY
Dimana BPN =  bantuan pembangunan neto, G = pengeluaran pemerintah, TY = pendapatan pemerintah. APBN surplus jika TY > G dan sebaliknya defisit jika G > TY.
            Karena defisit APBN dibiayai oleh K asing resmi yang sebagian besar dalam bentuk pinjaman, maka semakin besar defisit APBN, semakin besar beban pemerintah dalam pembayaran bunga pinjaman. Selanjutnya, semakin besar pembayaran bunga pinjaman, semakin besar defisit NJ(atau transfer neto) yang kalau lebih besar daripada surplus NP mengakibatkan semakin besar defisit saldo TB. Dengan kata lain, terdapat suatu korelasi antara APBN dan saldo TB yang dapat dijelaskan dengan beberapa persamaan berikut : Y = C + G + I + X – M
Persamaan definisi Y tersebut didapat dari persamaan berikut : Y = C + TY = G + I + X – M
Atau S + TY = G + I + X – M atau S – I + TY = G + X – M
Apabila tidak ada S-I gap atau ekonomi internal seimbang (S=I), maka didapat : TY – G = X – M
(saldo APBN) = (saldo TB), jadi TB mempunyai suatu korelasi yang kuat dengan arus K asing resmi atau BPN.
            Salah satu komponen penting dari arus K masuk yang banyak mendapat perhatian di dalam literatur mengenai pembangunan ekonomi di LDCs adalah ULN. Isu ini juga menjadi sangat penting bagi Indonesia saat ini, sejak krisis ekonomi nyaris membuat Indonesia bangkrut secara finansial, karena jumlah ULN-nya, terutama dari swasta sangat besar, ditambah lagi dengan ketidakmampuan sebagian besar dari perusahaan-perusahaan dalam negeri untuk membaya kembali ULN mereka.
Tingginya ULN dari banyak LDCs disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
·         Defisit TB.
·         Kebutuhan dana untuk membiayai S-I gap yang negatif.
·         Tingkat inflasi yang tinggi.
·         Ketidakefisiensinya struktural di dalam perekonomian.
            Dari faktor-faktor tersebut, defisit TB sering disebut literatur sebagai penebab utama membengkaknya ULN dari LDCs.
            Sejak pemerintahan orde baru hingga saat ini, tingkat ketergantungan Indonesia pada Pinjaman Luar Negeri (ULN) tidak pernah menyurut, bahkan mengalami suatu akselerasi yang pesat sejak krisis ekonomi, karena Indonesia membuat ULN yang baru dalam jumlah yang besar dari IMF untuk membiayai proses pemulihan ekonomi. Pada saat normal selama pemerintahan Soeharto, ULN dibutuhkan terutama dari sisi G di dalam APBN atau defisit keuangan pemerintah (fiscal gap).
            Ketiga defisit tersebut yang berkaitan satu sama lainnya (Dornbusch, 1980), dapat disederhanakan dalam bentuk beberapa persamaan berikut : TB = (X - M) + F
Dimana F = transfer internasional atau arus modal masuk neto.
S – I = Sp + Sg – I = (Sp – I) + (TY – G)
Dimana S (tabungan nasional) = SP (tabungan individu/rumah tangga dan perusahaan) + Sg (tabungan pemerintah + TY – G).
            Ekonomi domestik dalam kondisi keseimbangan (AS = AD), dimana setiap S domestik neto (= S - I) tercermin dalam akumulasi aset luar negeri neto (X + F – M), maka identitas TB dapat ditulis sebagai berikut : S – I = X + F – M atau (SP – I) + (TY – G) = X + F – M
            Perkembangan ULN dapat dianalisis melalui pendekatan permintaan dn penawarn ULN tersebut. Dasar teorinya adalah sebagai berikut. Utang luar negeri sebuah negara ditentukan oleh tingkat optimalisasi dalam penggunaan dana yang ada oleh masyarakat di negara tersebut dengan kesempatan yang ada untuk meminjam uang dari pasar internasional dan pilihan yang ada antara mengkonsumsi dan menanam K (Alun,1992). Selanjutnya, berdasarkan kerangka teori mikro mengenai model optimasi dua periode, analisis optimalisasi dapat juga diterapkan pada tingkat makro. Analisis diawali dengan persamaan mengenai identitas pendapatan. Proksi yang umum digunakan untuk mengukur tingkat pembangunan sebuah negara adala tingkat Y (atau PDB) dalam nilai rill per kapita, sedangkan indikator-indikator makro yang umum digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan sebuah negara terhadap bantuan atau ULN, misalnya ULN – PDB, atau rasio ULN terhadap nilai total dari perdagangan luar negeri (X+M) atau terhadap nilai X. ULN Indonesia terdiri dari sektor publik (Pemerintah dan BUMN) dan swasta yang digaransi maupun tidak oleh pemerintah.
            Berbeda dengan komponen-komponen ULN lainnya, pada prinsipnya fasilitas kredit dari IMF hanya digunakan untuk membiayai defisit BOP suatu negara anggota yang masalahnya bersifat jangka pendek. Namun, untuk pertama kalinya dalam sejarah lembaga keuangan dunia tersebut, yakni dalam kasus Indonesia sejak krisis, IMF terlibat dalam pembiayaan suatu negara yang mengalami defisit keuangan yang sifatnya bukan lagi jangka pendek.
            SDR aset berupa cadangan internasional yang diciptakan IMF tahun 1969 sebagai tambahan atau pelengkap atas ketersediaan cadangan devisa yang sudah ada. Kurs SDR ditentukan disetiap hari oleh IMF. Kursnya ditentukan atas perkembangan sehari-hari empat mata uang kuat dunia, yakni dolar AS, yen Jepang, euro Eropa (11 negara Eropa), dan poundsterling Inggris.
            Salah satu masalah yang sering muncul dari besarnya ULN adalah masalah pembayaran bunga dan cicilan. Banyak LDCs terjerumus ke dalam krisis ULN karena tidak mampu membayar bunga atau pokok pinjaman yang sudah jatuh tempo. Pembayaran bunga dan cicilan ULN juga merupakan salah satu beban berat Indonesia.
            Ada sejumlah rasio yang dapat digunakan untuk melihat mana beban suatu negara dalam pembayaran DS. Salah satu yang sering dipakai dalam penelitian-penelitian empiris adalah rasio DS terhadap X yang dikenal dengan sebutan DSR.

BAB III
KESIMPULAN
            Jika sebuah negara telah mencapai suatu tingkat pembangunan tertentu atau pada fase terakhir dari proses pembangunan, ketergantungan negara tersebut terhadap pinjaman luar negeri akan lebih rendah dibandingkan dengan periode pada saat negara itu mulai membangun.

SUMBER ::
·         Buku Perekonomian Indonesia, Dr.Tulus T.H. Tambunan.

Jumat, 15 April 2011

Usaha Kecil dan Menegah (UKM)

BAB I
PENDAHULUAN

            Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan  bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.”
            Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah) 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha Besar 5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih. Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, di masing-masing Provinsi atau Kabupaten/Kota.
            Selama perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia mendapat perhatian serius baik dari pemerintah maupun kalangan masyarakat luas, terutama karena kelompok unit usaha tersebut menyumbang sangat banyak kesempatan kerja dan oleh karena itu menjadi salah satu sumber penting bagi penciptaan pendapatan.
            Selain itu, UKM juga berperan sebagai salah satu sumber penting bagi pertumbuhan PDB dan ekspor nonmigas. Karena pentingnya tiga peran ini, maka secara metodologi,perkembangan UKM di dalam suatu ekonomi selalu diukur dengan tiga indikator, yakni jumlah L,NO atau NT dan suatu nilai X dari kelompok usaha tersebut, baik secara absolut maupun relatif terhadap usaha besar (UB).

BAB II
ISI

            Lebih buruknya kinerja UB dibandingkan UKM selama krisis bisa disebabkan oleh beberapa kemungkinan yang sebagian masih hipotesis (belum ada studi yang menguji kebenarannya hingga saat ini). Pertama, dibandingkan dengan UKM, tingkat ketergantungan UB terhadap impor (M) komponen, mesin dan peralatan produksi, bahan baku dan input lainnya jauh lebih tinggi. Depresiasi nilai tukar rupiah yang sangat besar terhadap dollar AS selama pertengahannya 1997 hingga 1998 membuat biaya M dalam rupiah menjadi sangat mahal. Akibatnya, banyak perusahaaan terpaksa mengurangi volume produksi atau mengehentikan kegiatan mereka karena tidak sanggup lagi membiayai M. Jatuhnya nilai rupiah juga mengakibatkan biaya utang luar negeri dalam rupiah menjadi sangat mahal, dan akibatnya banyak perusahaan, khususnya UB terjerumus ke dalam krisis ULN. Kedua, ketergantungan UB terhadap dana perbankan pada umumnya juga lebih tinggi dibandingkan dengan UKM, dan semasa krisis akses kredit perbankan sangat sulit, ditambah lagi dengan suku bunga pinjaman yang sangat tinggi pada saat itu. Akibatnya, banyak UB mengalami stagnasi. Oleh UKM pada umumnya ditujukan untuk kelompok masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Sedangkan UB lebih banyak membuat barang dan jasa untuk pasar papan menengah dan atas, yang kenyataanya lebih terpukul oleh krisis daripada pasar papan bawah. Ada sejumlah studi yang mencoba mendapatkan fakta empiris dari dampak krisis terhadap UKM di Indonesia.
            Variasi ini erat kaitannya dengan sifat alamiah yang berbeda anatrsektor. Ketersediaan input, kebutuhan dan ketersediaan persaingan antar sesama UKM dan antar sesama UKM dengan UB dan produk-produk impor.
            Secara teori, perbedaan kinerja UKM di sektor pertanian dengan kinerja di sektor industri pengolahan dijelaskan dengan pendekatan analisi dari sisi penawaran dan sisi permintaan, dari sisi penawaran, UKM di sektor pertanian tidak mengalami supply bottleneck akibat depresiasi rupiah seperti yang banyak dialami oleh UKM di sektor industri pengolahan. Alasan utamanya adalah karena UKM di sektor pertanian tidak terlalu tergantung pada impor bahan bakku dan input lainnya dan juga tidak pada kredit perbankan, sedangkan di sektor industri pengolahan banyak sekali UKM yang memakai bahan baku, alat-alat produksi dan input lainnya yang diimpor, serta yang membiayai produksinya dengan pinjaman dari bank atau dari UB lewat program-program kemitraan usaha yang dipelopori pemerintah pada zaman Soeharto. Selain itu, selama krisis banyak orang yang di PHK di sektor industri pengolahan, kembali ke desa asalnya dan membuka usaha pertanian skala kecil, dan ini tentu menambah jumlah unit UKM di sektor tersebut. Dari sisi permintaan, pasar domestik untuk komoditi-komoditi pertanian luar negeri semakin terbuka karena daya saing harga dari komoditi-komoditi pertanian di Indonesia mengalami peningkatan pada saat nilai tukar rupiah mengalami penurunan.
            Keterkaitan ini mengandung dua hipotesis yang pernah diuji secara empiris di dalam sejumlah studi. Hipotesis pertama: dari sisi permintaan, semakin banyak penduduk dan semakin besar tingkat kemiskinan atau semakin lebar kesenjangan dalam distribusi pendapatan di suatu wilayah, semakin banyak UK, khusunya UMI di wilayah tersebut. Karena pada umumnya usaha dari katagori ini membuat barang dan jasa dengan harga yang relatif murah bagi segmentasi pasar dari kelompok pembeli yang berpendapatan rendah. Hipotesis kedua: dari sisi penawaran, semakin banyak jumlah pengangguran atau semakin besar angka kemiskinan di suatu daerah semakin banyak kegiatan-kegiatan UK di daerah tersebut, karena umumnya, UK di LDCs atau negara-negara berpendapatan rendah berfungsi sebagai he last resort atau sumber pendapatan tambahan. Hasil pengujiannya empiris.
            Perusahaan atau usaha pertambangan rakyat adalah suatu usaha baik secara kelompok maupun perorangan yanng melakukan kegiataan pengambilan endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari kulit bumi, baik dengan cara mekanis maupun dengan cara manual pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan dibawah permukaan air secara komersial, di mana usaha tersebut tidak mempunyai badan hukum dan atau tidak mempunyai surat izin kuasa pertambangan (KP). Usaha listrik non PLN adalah usaha ketenagalistrikan yang dikelola oleh perusahaan/usaha non PLN yang meliputi usaha pembangkitan, transmisi, industri dan usaha lainnya, gedung kantor, penerangan jalan umum, dan sebagainya (BPS).
            Kontribusi UK terhadap pembentukan PDB yang lebih kecil dibandingkan kontribusinya terhadap kesempatan kerja atau rasio NO/L-nya yang rendah sebenarnya menunjukkan bahwa tingkat produktivitas di UK relatif rendah dibandingkan di UM dan UB. Tingkat produktivitas dapat diukkur secara individual dari masing-masing faktor produksi atau input yang digunakan dalam produksi seperti L dan K (PP) atau diukur dari FTP, yaitu produktivitas dari faktor-faktor produksi secara total. Karena data mengenai K(dan input-input lainnya) di UK, khususnya di LDCs seperti Indonesia sangat terbatas, sedangkan data jumlah L sangat mudah diperoleh, maka tingkat produktivitas UK biasanya diukur dari rasio NO atan NT terhadap jumlah L yang digunakan di UK.
            Perbedaan ini mungkin sekali disebabkan lebih tingginya ketergantungan UM dibandingkan UK terhadap impor (M) bahan baku, komponen lainnya dan terhadap kredit dari sektor perbankan.
            Keunggulan komparatif yang dimiliki UK Indonesia terutama sifatnya yang padat karya dalam membuat produk-produk teertentu terutama barang-barang kerajinan, dan bahan baku yang berlimpah. Sayangnya, dalam hal keunggulan kompetetif, UK Indonesia relatif masih lemah terutama dalam SDM di bidang manajemen, pemasaran, proses produksi yang modern atau lebih maju, inovasi dan penguasaan teknologi.
            Sektor ini, khusunya petambangan, sangat didominasi oleh UB dan hal ini sangat dimengerti karena secara umum kegiatan pertambangan harus dilakukan dalam skala besar dan sangat membutuhkan modal serta tenga kerja terampil dalam jumlah besar.
            Di negara-negara maju, pada umumnya UK melakukan ekspor secara langsung tanpa bantuan pihal lain atau tanpa oerantara pedagang. Sedangkan di negara-negara sedang berkembang, kebanyakan UK melakukan ekspor lewat pedagang atau dibantu sepenuhnya oleh pemerintah. Di Indonesia, banyak studi seperti dari Weijland, sandee serta Tambunan dan Kiddie yang menunjukkan peran strategis pedagang dalam kegiatan produksi dan pemasaran dari UK, khusunya di daerah pedesaan.
            Bagi setiap unit usaha dari semua skala dan di semua sektor ekonomi, era perdagangan bebas dan globalisasi perekonomian dunia di sti sisi akan menciotakan banyak kesempatan. Namun di sisi lain juga menciptakan banyak tantangan yang apabila tidak dapat dihadapi dengan baik akan menjelma menjadi ancaman. Bentuk kesempatan dan tantangan yang akan muncul tentu akan berbeda menurut jenis kegiatan ekonomi yangn berbeda. Globalisasi perekonomian dunia juga memperbesar ketidakpastian terutama karena semakin tingginya mobilisasi modal, manusia, dan sumber daya produksilainnya serta semakin terintegrasinya kegiatan produksi, investasi dan keuangan antarnegara yang antara lain dapat menimbulkan gejolak-gejolak ekonomi di suatu wilayah akibat pengaruh langsung dari ketidakstabilan ekonomi di wilayah lain. Jumlah UKM bertambah teru s-menerus setiap tahun.

-         Target Konsumen
Semua kalangan dan usia bisa menjadi target pasar peluang usaha.

-         Info Bisnis
Lokasi dagang sebaiknya dekat dengan keramaian. Lokasi starteginya antara lain di pinggir jala raya, di dekat perkantoran, atau perumahan. Penjual nasi goreng bisa berjualan terpisah atau berkumpul dengan pedagang makanan lain.

-          Kelebihan
Buat menu biasa dicari orang yang lapar dan malas memasak pada malam hari. Selain itu, cocok juga dimakan saat cuaca dingin, membuat hangat badan karena di masak pada waktu itu juga.

-          Kekurangan
Kebosanan pengunjung terhadap makanan ini. Dan persaingan pasar dengan produk sejenis.

-          Pemasaran
Promosi usaha antara lain dengan memasang spanduk atau papan nama di tempat usaha. Sediakan lampu dengan penerangan yang cukup saat berjualan pada malam hari sehingga dapat terlihat dari kejauhan. Jika perlu buat papan nama yang dilengkapi lampu.

Contoh-Contoh Peluang Jenis Usaha Kecil dan Menengah :

1.      Jasa Pijat Urut dan Massage.
            Tentu anda tahu bahwa banyak orang yang senang dengan yang namanya pijat, urut atau massage. Karena memang pemijatan membuat badan rileks karena darah mengalir dengan lancar ataupun juga menyembuhkan penyakit karena otot kejang atau persendian terkilir. Tapi seringkali teramat susah mencari tukang pijat yang bisa dipanggil datang kerumah. Biasanya tukang pijat atau tukang urut hanya mangkal dirumah sendiri dan menunggu pasien. Lalu bagimana bila ada pasien yang memerlukan pijat urut namun tidak bisa mendatangi tempat pemjatan? Rasanya perlu ada jasa pemijatan yang bisa di panggil untuk datang kerumah pasien dan ini bisa menjadi peluang usaha kecil buat anda. Anda bisa memijat, mungkin anda bisa mencoba ide ini. Untuk promosi usaha anda bisa membaca promosi secara konvensial atau promosi usaha melalui media internet. 
2.    Jasa Potong Rambut
            Potong rambut tentu harus dilakukan secara berkala kan? Setidaknya tiap bulan sekali setiap orang potong rambut, bahkan ada yang lebih cepat dari itu. Nah jika anda bisa mencukur rambut, anda bisa menjalani peluang usaha kecil ini dengan cara berkeliling menggunakan sepeda dan tidak hanya mangkal disuatu tempat menunggu pelanggan. Cara promosi juga dapat dilakukan dengan cara diatas.
3.      Jasa Setrika Baju
            Saat ini banyak sekali orang dengan kesibukan yang luar biasa, sampai mengurus pakaian sendiri saja keteteran, terutama menyetrika. enyetrika memang merupakan kegiatan yang memboankan. Anda bisa menwakan jas tersebut kepada orang disekitar anda, baik dengan mendatangi tempat mereka atau anda bisa menerima pakaian yang akan disetrika. Untuk promosi ikuti langkah tersebut diatas.
4.      Jasa Mempromosikan usaha Orang Lain
            Peluang usaha kecil dengan modal minimal yang satu ini justru membantu apa yang dikerjakan oleh para pekerja diatas dengan membantu empromosikan usaha mereka. Anda bisa membuat semacam brosur kecil yang dpat anda buat di komputer dan anda sebarkan ke tempat-tempat yang strategis. Selain itu juga dapat memposting promosi usaha di internet. bayaran dapat anda atur antara anda dengan pembeli jasa anda.

BAB III
KESIMPULAN

            Usaha Kecil dan Menengah akan menjadi salah satu tiang ekonomi rakyat yang paling kuat di Indonesia .

SUMBER ::
Buku Perekonomian Indonesia, Dr.Tulus T.H. Tambunan
-          programukm.blogspot.com
-          id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah
-         www.tontowi.com/.../jadilah-pengusaha-usaha-mikro-kecil-dan-menengah-umkm-dengan-menemukan-sebuah-bisnis-online.php

Jumat, 01 April 2011

Perindustrian

BAB I
PENDAHULUAN

            Industri adalah bidang mata pencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya dan politik.

BAB II
ISI
 
            Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industri berawal dari revolusi industry pertama pada pertengahan abad 18 di Inggris dengan penemuan metode baru untuk pemintalan dan penenunan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi dan peningkatan produktivitas dari factor produksi yang digunakan. Setelah itu, inovasi dan penemuan baru dalam pengolahan besi dan mesin uap yang mendorong inovasi dalam pembuatan antara lain besi baja, kereta api dan kapal tenaga uap. Revolusi industry kedua akhir abad 18 dan awal abad 19 dengan berbagai perkembangan teknologi dan inovasi membantu laju industri. Setelah PD II muncul berbagai teknologi baru seperti produksi masal dengan menggunakan assembly line, tenaga listrik, kendaraan bermotor, penemuan barang sintetis dan revolusi teknologi komunikasi, elektronik, bio, computer dan penggunaan robot.
            Sektor industri manufaktur di banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan contributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industri yang tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
            Secara umum, industri manufaktur di Negara-negara berkembang masih terbelakang jika dibandingkan dengan sector yang sama di Negara maju, walaupun di Negara-negara berkembanga ada Negara-negara yang industrinya sudah sangat maju. Dalam kasus Indonesia, UNIDO (2000) dalam studinya mengelompokkan masalah yang dihadapi industry manufaktur nasional ke dalam 2 kategori, yaitu kelemahan yang bersifat structural dan yang bersifat organisasi.

Faktor-faktor Industri :
1.      Modal.
2.      Tenaga Kerja
3.      Bahan mentah/bahan baku.
4.      Transportasi.
5.      Sumber energi/tenaga.
6.      Marketing/pemasaran hasil output produksi.

Faktor Penunjang atau Faktor Pendukung :
1.      Kebudayaan masyarakat.
2.      Teknologi.
3.      Pemerintah.
4.      Dukungan masyarakat.
5.      Kondisi alam.
6.      Kondisi perekonomian.

Faktor penghambat industri :
1.      Modal yang kurang.
2.      Tidak ada SDM yang sesuai dengan kebutuhan.
3.      Hasil produksi kualitas yang buruk.
4.      Pemasaran yang buruk.
5.      Daya beli masyarakat yang rendah.

Sektor-sektor organisasi :
1.      Sektor industri hulu (upstream), meliputi produksi serat (natural fiber dan man-made fiber atau synthetic) dan proses pemintalan (spinning) menjadi produk benang (unblended dan blended yarn). Sektor ini bersifat padat modal, teknologi menengah dan modern-full automatic, skala besar, jumlah tenaga kerja relatif kecil. 
2.      Sektor industri menengah (midstream), meliputi proses penganyaman (interlacing) benang menjadi kain mentah lembaran (grey fabric) melalui proses pertenunan dan perajutan (weaving danknitting) kemudian diolah lebih lanjut melalui proses pengolahan (dyeing, finishing dan printing) menjadi kain-jadi. Industri ini bersifat semi padat modal investasi dan modal kerja, teknologi madya dan modern-berkembang terus, jumlah tenaga kerja lebih besar dari sektor industri hulu.
3.      Sektor industri hilir (downstream), yaitu industri pakain jadi (garment) termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishingyang menghasilkan ready-made garment. Sifat industri ini padat modal kerja, padat karya-sebagian besar wanita.

Masalah-masalah :
1.      Rendahnya produktivitas pekerja.
2.      Kekurangan tenaga professional.

Kelemahan-kelemahan struktur di antaranya:
1.      Basis ekspor dan pasarnya yang sempit.
·         Empat produk, yakni kayu lapis, pakaian jadi, tekstil dan alas kaki memiliki pangsa 50% dari nilai total manufaktur.
·         Pasar tekstil dan pakaian jadi sangat terbatas.
·         Tiga Negara (US, Jepang dan Singapura), menyerap 50% dari total ekspor manufaktur Indonesia, sementara US menyerap hampir setengah total nilai ekspor tekstil dan pakaian jadi.
·         Sepuluh produk menyumbang 80% seluruh hasil ekspor manufaktur.
·         Banyak produk manufaktur padat karya yang terpilih sebagai produk unggulan Indonesia mengalami penurunan harga di pasar dunia akibat persaingan ketat.
·         Banyak produk manufaktur yang merupakan ekspor tradisional Indonesia mengalami penurunan daya saing.
2.      Ketergantungan impor yang sangat tinggi.
3.      Tidak adanya industri teknologi menengah.
4.      Konsentrasi regional.

Kelemahan-kelemahan organisasi, di antaranya:
1.      Industri skala kecil dan menengah (IKM) masih underdeveloped.
2.      Konsentrasi pasar.
3.      Lemahnya kapasitas untuk menyerap dan mengembangkan teknologi.
4.      Lemahnya SDM.

Promosi Ekspor (outward-looking)
Strategi Industri :
1.   Strategi Subtitusi Impor.
o Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestik.
o Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor.
o Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor.

Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah :
a.       SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup tersedia.
b.      Potensi permintaan dalam negeri memadai.
c.       Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri.
d.      Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas.
e.       Dapat mengurangi ketergantungan impor.

2.      Penerapan strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia.
o Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru.
o Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik.
o Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy.
o Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi.

3.      Strategi Promosi Ekspor.
o Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri.
o Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari pemerintah.
o Dilandasi pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor.
o Strategi promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif.

4.      Kebijakan industri.
o Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana.
o Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN.
o Diberlakukannya Undang-undang PMA.

Cabang industri yang ada di Indonesia :
§  Makanan dan minuman.
§  Tembakau.
§  Tekstil.
§  Pakaian jadi.
§  Kulit dan barang dari kulit.
§  Kayu, barang dari kayu, dan anyaman.
§  Kertas dan barang dari kertas.
§  Penerbitan, percetakan, dan reproduksi.
§  Batu bara, minyak dan gas bumi, dan bahan bakar dari nuklir.
§  Kimia dan barang-barang dari bahan kimia.
§  Karet dan barang-barang dari plastik.
§  Barang galian bukan logam.
§  Logam dasar.
§  Barang-barang dari logam dan peralatannya.
§  Mesin dan perlengkapannya.
§  Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data.
§  Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya.
§  Radio, televisi, dan peralatan komunikasi.
§  Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam.
§  Kendaraan bermotor.
§  Alat angkutan lainnya.
§  Furniture dan industri pengolahan lainnya.

BAB III
KESIMPULAN

          Dalam konteks penyerapan tenaga kerja, maka harus disadari bahwa penciptaan lapangan kerja akan terjadi jika adanya pabrik-pabrik baru dan perluasan pabrik lama. Ini artinya, diperlukan investasi, baik asing maupun domestik. Investasi baru akan terjadi bila ada perbaikan pada faktor-faktor: keamanan, kepastian hukum dan peraturan, kebijakan pemerintah (moneter, fiskal, energi, ketenagakerjaan, otonomi daerah) yang kondusif. Oleh sebab itu, investasi merupakan faktor utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya dapat menciptakan kesempatan kerja.

Sumber :
-          http://id.wikipedia.org/wiki/Industri